Waktu adalah sekarang. Kemarin telah lewat dan esok belum tentu didapat.

Senin, 04 Oktober 2010

Analisis Tindak Tutur dalam Siaran Radio MQ Fm

Manusia dikenal dengan sebutan zoon politicon. Alasannya karena dalam kehidupan sehari-hari manusia senantiasa bersosialisasi dengan yang lain. Terjalin komunikasi satu sama lain dengan bahasa yang dipergunakan. Ketika komunikasi berlangsung maka kita akan menemukan perbedaan, baik dari segi bahasa, gerakan tubuh, dan tindak tutur. Sekalipun orang tersebut mengalami cacat tubuh, seperti tuna wicara, tidak menutup kemungkinan untuk tetap berkomunikasi. Mereka biasanya menggunakan bahasa isyarat yang dimengerti orang lain ataupun hanya kelompoknya.
Saat ini orang lebih mudah untuk berkomunikasi, karena telah tercipta media untuk berkomunikasi, salah satumya media elektronik. Dalam laporan ini, saya akan menganalisis tindak tutur orang-orang yang terlibat dalam dialog di salah satu media elektronik, yaitu radio MQ Fm. Salah satu radio swasta yang berlamat di jalan Gegerkalong Girang Baru 11, Bandung.
Dalam wacana dialog ada istilah penutur (addresser) atau orang pertama(O1), terkadang disebut pula sebagi penyapa, pembicara, penulis (wacana tulis), sedangkan petutur (addrese) atau orang kedua (O2), SERING DIsamakan dengan sebutan pesapa, mitra bicara, lawan bicara, pasangan bicara, pendengar, pembaca (wacana tulis). Dalam menganalisis wacana dialog maka dilakukan dengan dua cara, yaitu hubungan partisipan dan tindak tutur
Orang yang berperan sebagai penutur (addresser), ketika siaran radio MQ berlangsung adalah penyiar yang memandu acara tersebut. Sedangkan yang menjadi petuturnya (addrese) adalah para pendengar. Dialog yang dianalis yaitu hubungan partisipan dan tindak tutur penyiar dan pendengar yang membicarakan kasus bertemakan “Cinta di Kalangan Remaja”.
Siaran radio saat itu, bentuknya berupa curahan hati ataupun tanggapan dari para pendengar. Dalam kasus ini, maka yang digunakan adalah maksim kualitas. Terlihat dari dialog yang berlangsung. Ketika penyiar radio MQ, menanyakan bagaimana tanggapan penelepon tentang “Cinta di Kalangan Remaja”, mereka pun menjawab sesuai dengan pertanyaan. Meskipun terdapat variasi dalam jawaban, namun secara keseluruhan pernyataan mereka menjurus pada pertanyaan yang diajukan. Percakapan antara penyiar dan penelepon yang ‘curhat’ serta memberikan tanggapan berkaitan satu sama lain. Secara keseluruhan opini dari penutur dan petutur sama, yaitu orang-orang yang tidak menyetujui pacaran.Hal demikian dipengaruhi oleh pola pikir yang sama antara keduanya. Mereka bersandar pada hukum Islam yang tidak membenarkan terjalinnya hubungan, seperti pacaran. Dalam Islam sendiri, hubungan yang diperbolehkan yaitu setelah adanya ikatan pernikahan. Lain halnya, jika yang memberi tanggapan adalah para remaja yang menyetujui percintaan di kalangan remaja.
Sedangkan dari tindak tutur dapat dianalisis dari tuturan penyiar radio ketika mengawali pembicaranya dan meminta kepada para remaja untuk memberikan tanggapannya. Berikut pernyataan yang diungkapkan penyiar.
”Bismilahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum. Selamat malam rekan muda semua. Malam Ahad ini kita akan membahas tema tentang “Cinta di Kalangan Remaja”. Banyak sekali remaja yang salah mengartikan cinta. Cinta bagi mereka adalah sesuatu yang sangat berarti jika terjalin hubungan antar lawan jenis, yang dikenal dengan istilah pacaran. Saat ini di luar sana, sepanjang jalan di kota Bandung, banyak kaum remaja yang tengah asyik berduaan dengan pasangannya tanpa merasa malu.
Na’udzu billaahi min dzaalika. Untuk itu, sekarang juga di sesi ini saya meminta tanggapan dari rekan muda terhadap permasalahan ini. Kalian bisa memberi tanggapan via sms maupun lin telepon.”
Tindak tutur yang digunakan oleh penyiar itu adalah tindak tutur representatif. Tindak tutur yang menjelaskan sesuatu apa adanya, sesuai dengan fakta yang terjadi. Semua orang tak pernah bosan untuk membicarakan tema tersebut. Penggunaan bahasa penyiarnya pun baik dan benar. Sekilas saja kita mendengar siaran tersebut, maka kita dapat merasakan nuansa Islami. Buktinya penyiar mengucapkan kata basmallah dan salam. Jarang sekali terdengar penyiar-penyiar radio swasta lain yang mengawalinya dengan cara seperti itu.
Selain itu, ternyata setelah dibandingkan, menurut saya para penyiar di radio MQ Fm lebih baik dalam penggunaan bahasa Indonesianya ketimbang dengan penyiar radio swasta lainnya, seperti Dahlia, 99, Ardan, dan yang lainnya. Adanya kebakuan dalam penggunaan bahasa, hampir dilakukakan seluruh penyiar radio MQ berbahasa. Contohnya saja ketika tema yang dibahas saat itu adalah cinta remaja, yang biasanya akan menarik jika disampaikan dengan cara dan gaya remaja. Seperti yang kita tahu, bahasa remaja yang identik dengan bahasa gaulnya. Ada salah satu ciri khas tuturan para penyiar radio MQ Fm adalah menggunakan kata-kata dari bahasa Arab, seperti dalam tuturan di atas yaitu pengungkapan frase “malam Ahad”. Hal ini dipengaruhi dari latar belakang tadio MQ yang menyatakan sebgai radio Islam.
Pendengar radio, menelepon untuk mencurahkan hati dan memberi tanggapan serta masukan atas permasalahan tersebut. Para penelepon berasal dari kelompok remaja, karena pada awalnya pun dikatakan bahwa sesi ini khusus remaja. Berikut tuturan dari salah seorang penelepon yang berinteraksi dengan penyiarnya.
Penelepon : Assalamu’alaikum!
Penyiar : Wa’alaikumussalam!
Dengan siapa, di mana?
Penelepon : Tia, di Bandung.
Penyiar : Tia kelas berapa?
Bagaimana tanggapan Tia terhadap pergaulan remaja sekarang?
Penelepon : Saya Kelas 1 SMA. Menurut saya, banyak remaja saat ini yang bergaul tanpa batas. Remaja yang mengaku beragama Islam pun, tak luput membuat kesalahan.
Penyiar : Apa kamu menyetujui pacaran?
Apakah Tia sendiri pernah berpacaran?
Penelepon : Saya tidak menyetejuinya dan Alhamdulillah belum pernah berpacaran. Di sekolah, banyak sekali teman-teman lain yang menjalin hubungan dengan lawan jenis. Padahal dalam Islam pacaran sangat dilarang. Berduan dengan lawan jenis pun tidak diperbolehkan. Sedangkan kita ketahui, dalam pacaran banyak sekali perbuatan maksiatnya. Seperti saling bertatapan, berpegangan tangan, dan masih banyak hal lain yang tidak sepantasnya dilakukan.
Penyiar : Lalu, sikap Tia sendiri bagaimana?
Penelepon :Ya, saya pernah menegur seseorang yang kebetulan teman dekat saya sendiri. Namun, ya tanggapan mereka katakan pacarannya adalah pacaran sehat, karena tidak melakukan perbuatan yang macam-macam.
….
Wassalamu’alaikum.
Melihat kutipan dialog di atas, sangat jelas terlihat bahwa di antara keduanya, yaitu penyiar dan penelepon menggunakan tindak tutur kesantunan. Walaupun Tia termasuk kelompok remaja, tapi dia menggunakan kata-kata yang amat santun. Pembicaraannya pun terkontrol. Dari sekian banyak remaja yang mengatakan dirinya gaul, ternyata masih ada pula mereka yang memiliki kesantunan. Tidak terbawa-bawa oleh dunianya, yang lebih merasa keren jika menggunakan bahasa gaul. Ada pula kesantunan dari penyiar, yaitu ketika memberikan nasihat dan tanggapan terhadap apa yang telah dibicarakan oleh penelepon. Selain itu, terlihat dengan jelas walaupun ada perbedaan usia antara penyiar dan penelepon ternyata tindak tutur kesantunan masih terjalin. Tinadak tutur kesantunan sendiri biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor internal maupun eksternal, yang terdiri dari lingkungan dan pendidikan.
Awal percakapan dimulai dengan pengucapan salam yang biasanya diucapkan oleh umat muslim. Hal demikian, sama seperti yang telah dikatakan sebelumnya, karena dipengaruhi dengan latar belakang radio MQ yang berbasis Islam. Nuansa Islaminya sangat terasa. Apabila dibandingkan dengan radio swasta lain yang tidak berbasis Islam, seperti Dahlia, Ardan, dan yang lainnya. Jarang sekali ketika on air, untuk memulai percakapannya diawali dengan ucapan salam, padahal di antara mereka ada yang beragama Islam. Biasanya mereka mengawalinya dengan kata-kata yang menunjukkan waktu saat siaran berlangsung. Seperti pagi, siang, dan selamat malam. Namun, sepertinya itu sengaja dilakukan karena pendengarnya tidak hanya dikhususkan kepada umat muslim. Tapi menurut saya, jika penyiar sendiri beragama Islam maka sebaiknya diawali dengan salam. Terkadang ada pula yang ditambahkan dengan bahasa gaulnya, seperti coy, bro, dan lain-lain. Apalagi jika tema yang diusung soal cinta. Para remaja akan lebih merasa nyaman apabila menggunakan bahasa gaulnya. Berikut contoh tuturan perbandingannya.
“Kalau menurut gue sih, pacaran itu wajar. Soalnya, kita butuh kasih sayang dari lawan jenis. Mumpung masih muda, ya wajarlah menikmati masanya. Sebelum ntar menuju ke pernikahan. So, kita bisa memilih-milih, lebih mengenal dari pacaran”.
Jelas sekali terlihat perbedaan, tidak adanya kata-kata yang menunjukkan kesantunan. Bahasa yang digunakannya pun adalah bahasa yang sering keluar dari remaja-remaja gaul saat ini. Contohnya saja ketika menyebutkan diri sendiri. Remaja yang menelepon ke radio MQ menyebut dirinya dengan kata “saya”; sedangkan satu lagi menyebut dirinya “gue”. Mungkin sesuatu yang aneh jika ada penelepon radio MQ yang menggunakan bahasa seperti itu.
Selain itu, ada juga tindak tutur ekspresif yang dilakukan oleh penelepon. Berikut kutipan pembicaraan dari remaja yang ‘curhat’ dan memberikan tanggapan.
“Saya sangat sedih, dan benar-benar tidak menyukai kondisi seperti itu. Hal yang dapat saya lakukan saat ini hanyalah mendoakan mereka agar segera sadar, kalau perbuatannya itu tidak baik. Sekarang ini, saya lebih merasa nyaman berkumpul dengan teman-teman yang memiliki pemahaman yang sama”.
Tindak tutur ekspresif mencakup perasaan dan sikap. Penelepon meluapkan kekesalan, tersirat daripembicaraanya , ketika ada hal yang tidak mengenakkan hatinya. Ada emosi yang terdengar dari nada dan intonasi si penelepon. Didukung pula oleh pernyataan “saya sedih”. Si penelepon pun sampai menangis, melihat kondisi sekitar yang tidak sesuai dengan harapannya. Apalagi saat dia memberi nasihat, teman-temannya malah menanggapinya dengan biasa. Padahal tuturan yang disampaikan si penelepon tergolong ekspresif. Kondisi seperti ini menyebabkan dia mengambil tindakan lain, yaitu mencari teman-teman yang sekiranya sepaham dengannya. Memilih komunitas yang lebih kondusif.
Dalam dialog pun, dihadirkan pembicara sekaligus pendengar, yaitu seorang tokoh agama, bernama Ustad Darlis Fajar. Selain tindak tutur ekspresif, beliau juga menggunakan tindak tutur deklaratif. Tindak tutur yang memantapkan dan membenarkan tindak tutur yang lain. Pemantapan dan pembenaran dilakukan ketika siaran berakhir. Beliau diminta memberikan simpulan atas tanggapan-tanggapan yang diberikan oleh para penelepon. Beliau sangat setuju terhadap berbagai pernyataan yang diutarakan oleh responden yang berasal dari kelompok remaja. Berikut dialog antara penyiar dan Ustad Darlis Fajar.
Penyiar : Ustad, bagaimana tanggapan anda terhap pernyataan para remaja yang telah menelepon”
Ustad : Saya sangat senang ternyata, masih banyak remaja yang bisa menjaga diri. Mereka tidak ikut terjerumus pada kemaksiatan. Alhamdulillah, walaupun masih remaja ternyata mereka telah bisa memilih apa yang diperbolehkan dan dilarang dalam agama Islam. Seperti dalam Al-Quran surat ….
Tindak tutur deklaratifnya pun disertai dalil-dalil yang bersumber dari ayat Al-Quran dan Hadits yang mendukung tema yang telah dibicarakan, yaitu “Cinta di Kalangan Remaja”.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa radio MQ Fm adalah radio berbasis Islam. Segala sesuatu senantiasa dikaitkan dengan Al-Quran dan Hadits. Maka para pembicaranya senantiasa bertindak tutur deklaratif, karena pembicaraan yang dibincangkan sesuai sumber hukum Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar