SUNDA ATAU INDONESIA
Bahasa adalah sebuah media yang digunakan oleh semua orang untuk berkomunikasi. Tidak ada manusia yang tidak bisa berbahasa, walaupun dia seorang tunawicara tentu tetap berinteraksi dengan bahasa isyaratnya. Setiap orang memiliki ciri khas sendiri dalam bergaya bahasa. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain letak geografis, status sosial, dwibahasawan. Ternyata ketiga faktor tersebut menimbulkan dampak bagi para penutur bahasa. Fenomena bahasa yang terjadi dalam kehidupan sekitar kita sangatlah banyak. Sesuatu yang dianggap enteng, namun berbobot bagi para pengamat bahasa, salah satunya dalam penggunaan bahasa Indonesia di kota Bandung.
Bandung adalah sebuah kota yang heterogen. Mulai dari gaya hidup, mata pencaharian, variasi bahasa, dan masih banyak lagi. Semua itu terjadi karena adanya manusia yang menjadi pemeran utama dalam kehidupan. Salah satu hal yang menjadi topik pembicaraan saat ini, yaitu penggunaan bahasa. Sering kita melihat dan mendengar, orang-orang yang katanya berbahasa Indonesia dengan baik, padahal sebenarnya tidak baik.
Bahasa daerah yang digunakan di Bandung adalah bahasa Sunda. Masyarakat kota ini hampir seluruhnya memahami dan menggunakan bahasa tersebut. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya Bandung adalah kota heterogen. Banyak orang-orang yang hijrah ke Bandung. Hal demikian menuntut masyarakat yang tinggal di Bandung untuk menggunakan bahasa yang bisa dipahami oleh semuanya, maka yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Ternyata dalam praktiknya mereka tidak menggunakan bahasa yang baik atau pun bisa dikatakan keganjilan dalam berbahasa.. Seperti pernyataan Ih Kamu, mah! Kebanyakan masyarakat tidak sadar atas apa yang mereka ucapkan. Di sana sangat jelas terdapat penggabungan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan Sunda. Kata kamu adalah kata ganti orang kedua dalam bahasa Indonesia, sedangkan kata mah termasuk kecap panambah (kata tambah) dalam bahasa Sunda. Ih sendiri hadir di antara keduanya.
Bahasa yang baik ialah bahasa yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Maksudnya disesuaikan dengan situasi tertentu, misalnya situasi santai dan akrab yang tidak terlalu terikat oleh patokan. Contohnya ketika kegiatan tawar-menawar berlangsung.
Pembeli : “Bang telurnya sekilo berapa?”
Penjual : “ Cuma 11 ribu.”
Terlihat sekali walaupun bahasa yang digunakan tidak benar, karena tidak sesuai kaidah, namun ada keberterimaan yaitu panggunaan kata-kata yang terdapat bdalam dalam bahasa Indonesia. Lain halnya dengan pernyataan IH Kamu, mah!
Kesalahan tersebut tidak mutlak dilakukan oleh masyarakat Bandung. Itu hanya sebagian contoh kecil. Sebenarnya hal seperti itu dapat ditemukan, ketika orang dari suku Sunda berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Dialek suku Sunda masih terbawa ke dalam Bahasa Indonesia. Orang suku Sunda yang melakukan urbanisasi juga sering melakukan hal seperti ini, walaupun bisa dikatakan di luar kesadaran mereka.
Kasus serupa bisa ditemukan di jenjang pendidikan tertentu. Lembaga pendidikan yang ada di daerah tertentu tidak hanya dipenuhi oleh siswa atau mahasiswa daerah tersebut, tetapi ada juga siswa atau mahasiswa yang berasal dari luar daerah. Ketika mereka yang asalnya dari suku Sunda berbicara Indonesia, ternyata penggabungan dua bahasanya tetap ada. Misalnya siswa atau mahasiswa yang menanyakan tugas kepada temannya Ari ini téh gimana? Mereka yang dikatakan sebagai orang yang berpendidikan pun tetap melakukan kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia. Padahal di sekolah atau kampus tempat mereka menuntut ilmu diajarkan cara berbahasa Indonesia yang baik.
Contoh lain dalam iklan Sariwangi. Ketika dua anak laki-laki dari suku Sunda dan Jawa berbicara , ternyata tidak terjalin komunikasi di antara mereka, karena satu sama lain tidak mengerti apa yang diucapkan. Tepatnya saat dialog terjadi.
Anak suku Sunda: “Ini téh susu.”
Anak suku Jawa : “Mana tehnya?”
Sesuatu yang dianggap biasa, namun luar biasa memengaruhi suatu bahasa, khususnya bahasa Indonesia. Makna dan maksud yang dituju sulit untuk tersampaikan. Jika kebiasaan seperti ini tidak bisa diminimalisasi dan tetap dibiarkan, kemungkinan orang yang berasal dari luar suku Sunda ketika mereka berada di tanah Jawa, nantinya terbiasa menggunakan Indonesia yang digabung dengan bahasa Sunda dan dianggap sebagai hal yang wajar. Mereka anggap telah bisa berbahasa Indonesia karena terbiasa digunakan untuk berkomunikasi dengan rekannya. Padahal kenyataannya tidak seperti itu.
Berbagai pernyataan yang telah disebutkan memang digunakan ketika situasi tidak resmi, sehingga diklasifikasikan ke dalam ragam lisan. Namun pada dasarnya, walaupun digunakan dalam situasi tidak resmi tetap bahasa tersebut tidak wajar, karena tidak kekonsistenan dari penuturnya dalam penggunaan bahasa. Apakah yang akan digunakan itu bahasa Indonesia atau bahasa Sunda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar