Penerapan Metode Audiolingual dalam Pengajaran BIPA untuk Tingkat Lanjut
oleh
Yayu Yulia
JURUSAN PENDIDIKAN DAN SASTRA BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2010
A. PENGANTAR
Banyak orang mengatakan Bahasa Indonesia merupakan bahasa dengan ruang lingkup sempit. Bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa nasional dan negara, dianggap hanya dapat dipergunakan oleh orang Indonesia. Alasan tersebut membuat orang Indonesia tidak begitu bangga, jika ia mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Mereka lebih senang dan bergairah untuk memperdalam bahasa asing. Alasannya jika fasih berbahasa asing, maka diaanggap lebih bergengsi. Tindakan itu tentunya tidak menyalahi aturan, semua orang mempunyai hak dan kebebasan untuk melakukannya. Namun alangkah baiknya, jika orang Indonesia memiliki semangat dan gairah yang sama dalam mempelajari bahasa Indonesia.
Kini orang Indonesia sudah sepantasnya berbangga hati. Perkembangan zaman ternyata membawa banyak perubahan. Salah satunya ruang lingkup wilayah dan pemakai bahasa Indonesia.
”Tidak kurang dari 35 negara di dunia yang mengajarkan bahasa Indonesia kepada masyarakat internasional. Dari jumlah itu, ada sekitar 130 lembaga yang telah menjadi penyelenggara pengajaran BIPA, baik itu perguruan tinggi, lembaga kursus, pusat-pusat kebudayaan asing, maupun Kantor KBRI di negara-negara tersebut”.
Pernyataan itu merupakan ungkapan rasa bangga yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nasional dalam kata sambutannya yang dibacakan oleh Staf Ahli Mendiknas Bidang Mutu Pendidikan, Ibu Harina Yuhetti, ketika membuka KIPBIPA VI di Hotel Sol Elite Marbella, Anyer, Banten, Selasa malam, 11 Juli 2006. Selain itu, banyak orang asing datang ke Indonesia dengan berbagai macam tujuan. Ada yang alasannya karena pekerjaan, niat berwisata, maupun menuntut ilmu. Mau tidak mau, mereka harus mempelajari bahasa tersebut untuk memudahkan komunikasi. Orang asing pun tidak mau menjadi sangat terasing di Indonesia. Berdasarkan kebutuhan tersebut maka dunia pendidikan kita memberlakukan program Belajar Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA).
B. KONSEP
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi. Bahasa bersifat lisan yang telah tertata dalam sistem simbol pandang dan dengar. Kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dalam kesehariannya didapatkan dengan perolehan dan pembelajaran. Kemampuan itu sendiri didapatkan melalui pembelajaran dilakukan dengan strategi tertentu. Seperti halnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kepada orang asing. Strategi pembelajaran masih bersifat konseptual, sedangkan untuk meimplemantasikannya digunakan metode pembelajaran
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran
Metode pengajaran bahasa terjadi dari penahapan seleksi, gradasi, persentasi dan repetisi tertentu dari bahan pelajaran. Tahap seleksi dilakukan karena tidak mungkin mengajarkan semua bidang pengetahuan tetapi kita harus menyeleksi bagian mana yang akan kita ajarkan. Tahap gradasi dilakukan karena tidak mungkin kita mengajarkan secara serentak semua yang telah kita seleksi. Tahap persentasi dilakukan karena tidak mungkin kita mengajar tanpa mengkomunikasikan sesuatu itu kepada orang lain. Tahap repetisi dilakukan karena tidak mungkin kita mempelajari sesuatu keterampilan dari suatu keadaan yang tunggal saja. Semua keterampilan bergantung pada praktiknya.
Salah satu metode pengajaran Bahasa Indonesia adalah metode audiolingual (audiolingual method). Metode tersebut berasal dari dua kata, yaitu audio dan lingual. Arti kata audio menurut KBBI (2002;76) yaitu 1. bersifat dapat didengar; 2. Alat peraga yang bersifat dapat didengar (msl radio). Sedangkan lingual berari bahasa (liguisti). Jadi audiolingual bisa berarti pemahaman terhadap bahasa yang diperoleh dari aktivitas mendengarkan.
Moulton, pada International Congress of Linguistics (1961) mengemukakan lima asumsi metode Audiolingual yang menjadi terkenal hingga awal tahun tujuh puluhan sebagai slogan yaitu : 1) Bahasa adalah ujaran, dan bukan tulisan, 2) Bahasa adalah seperangkat kebiasaan, 3) Ajarkan bahasa kepada anak didik dan jangan ajarkan tentang bahasa, 4) Bahasa adalah apa yang diucapkan oleh penutur asli dan bukanlah apa yang seharusnya dikatakan oleh peserta didik atau pelajar, 5) Bahasa berbeda satu dengan lainnya.
Setiap metode tentunya memiliki prinsip-prinsip tertentu. Berikut beberapa prisnsip dari metode audiolingual.
1) Belajar bahasa adalah belajar struktur, bunyi, dan kata-kata;
2) Membaca dan menulis ditunda (deferred) sampai berbicara memuaskan;
3) Kompetensi linguistic merupakan tujuan yang paling dihasrati;
4) Variasi-variasi bahasa (ragam bahasa) deperkenalkan tetapi tidak ditekankan;
5) Bahasa itu merupakan kebiasaan. Karena itu error harus betul-betul dicegah bagaimana pun juga;
6) Pembelajar diharapkan berinteraksi dengan system bahasa yang diwujudkan (embodied) dalam mesin atau bahan yang terkontrol; dan
7) lain-lain.
Selain prinsip, metode audiolingaul pun memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan penggunaan metode audiolingual diantaranya
1) Memberikan pesan yang dapat diterima secara merata oleh peserta didik;
2) Kevariatifan informasi yang dapat melatih siswa menangkap informasi secara tepat; dan
3) Memberikan kesan mendalam yang dapat mempengaruhi sikap bahasa peserta didik
Adapun kekurangan penggunaan metode audiolingual, di antaranya
1) Durasi pemutaran lagu atau rekaman lebih sedikit; dan
2) Klip yang tersedia, tidak selalu sesuai dengan kebutuhan tujuan belajat yang diinginkan.
Pada tahap evaluasi diimplementasikan model “Snowball Throwing”. Tujuh langkah model pembelajaran Snowball Throwing
1) Guru menyampaikan materi pembelajaran;
2) Guru membentuk kelompok murid dengan memanggil ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran;
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya , kemudian ketua kelompok menjelaskan materi pembelajaran disampaikan oleh guru kepada temannya;
4) Masing-masing muruid menerima satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi pembelajaran yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok;
5) Kertas kerja tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu murid ke murid yang lain selama ± 15 menit;
6) Setelah murid dapat satu orang satu, pertanyaan diberikan kesempatan kepada murid untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalm kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian; dan
7) Evaluasi
C. PEMBAHASAN
Pemilihan metode sangat berpengaruh terhadap keefektifan pengajaran Bahasa Indonesia kepada orang asing. Pengajar/ tutor harus bisa menentukan metode yang cocok untuk siswanya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya untuk menerapkan suatu metode diperlukan tahapan-tahapan tertentu.
Tahap seleksi dan gradasi berkolerelasi satu sama lain. Pada tahap pertama, sebagai pengajar atau tutor harus memilih materi/bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswanya. Selanjutnya menyampaikan materi/bahan ajar sesuai dengan tingkat kesulitannya. Biasanya pengenalan dan materi dasar diberikan pada pertemuan pertama, kemudian untuk pertemuan selanjutnya diberikan materi yang lebih kompleks. Tahap presentasi dan repetisi. Dalam penyampaian materi tentunya pengajar melakukan interaksi dengan siswanya. Pemberian materi/bahan ajar tidak hanya berupa teori, tetapi diikuti dengan praktik.
Keempat tahapan tersebut berlaku juga untuk metode audiolingual yang akan digunakan untuk mengajarkan Bahasa Indonesia kepada penutur asing. Keterampilan pertama yang disebutkan dalam berbahasa adalah menyimak. Menyimak (Tarigan, 1986;26) artinya suatu proses kegiatan mendengarkan lambing-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara atau media tertentu.
Pengertian menyimak yang telah disebutkan menguatkan alasan penulis untuk menggunakan metode audiolingual. Seperti yang kita tahu, panca indera yang pertama kali berfungsi pada manusia adalah telinga. Melalui proses mendengarkan itulah, seseorang bisa mengenal kata.
Penjelasan mengenai model Snowball Throwing telah dipaparkan pada bagian konsep. Model tersebut akan diterapkan pada tahap evaluasi. Namun dalam implementasinya, penulis akan melakukan beberapa perubahan terhadap langkah-langkahnya. Perubahan yang dilakukan disesuaikan dengan tingkatan pembelajar dan kemampuan yang dimiilkinya.
D. SKENARIO PEMBELAJARAN
1. Sasaran
Pembelajar tingkat advance (lanjut). Alasannya karena materi dan evaluasi yang diberikan lebih kompleks. Pembelajar tidak hanya mengenal kata-kata, tetapi mereka harus mengelompokkan ke dalam jenis kata. Selain itu, bentuk kalimat yang diberikan dalam evaluasi pun lebih kompleks.
2. Kompetensi Fokus
Kompetensi fokus pengajaran Bahasa Indonesia untuk orang asing dengan metode audiolingual, berorientasi pada keterampilan menyimak. Kecerdesan lingual siswa dalam berkomunikasi diperoleh melalui rangkaian proses mendengarkan.
3. Tujuan
menambah perbendaharaan kosakata Bahasa Indonesia.
mampu mengelompokkan kata sesuai dengan jenisnya.
mengenalkan lagu-lagu anak Indonesia kepada orang asing.
4. Materi dan Media
a. Materi yang diberikan kepada orang asing yaitu pengenalan kosakata melalui lagu-lagu anak di Indonesia, seperti “Balonku”, “Bintang Kecil”, “Pelangi”.
b. Media yang digunakannya yaitu alat peraga yang dapat didengar.
Radio atau tape
Rekaman lagu anak
Kertas
5. Skenario KBM
Pertemuan Ke : 1,2
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Keterangan : 5 menit pertama digunakan untuk mengecek kehadiran pembelajar. 40 menit digunakan untuk penyampaian materi dan aplikasinya. Patokan tersebut dilakukan pada setiap pertemuan.
Pertemuan pertama
Tutor memberitahukan kepada pembelajar bahwa di Indonesia terdapat lagu-lagu anak yang dikenal dari dulu hingga sekarang. Tutor memberi penjelasan tentang lagu-lagu tersebut, seperti menyebutkan siapa penciptanya dan kapan saja biasanya lagu-lagu itu dinyayikan.
Tutor mengenalkan lirik lagu anak, misalnya “Balonku”, “Pelangi”, dan “Bintang Kecil” secara lisan tanpa irama. Pembelajar diminta untuk menyimak dan menghafalkannya.
Balonku
Balonku ada lima
Rupa-rupa warnanya
Hijau, kuning, kelabu, merah muda, dan ungu
Meletus balon hijau
Dooooooooor…………
Hatiku sangat kacau
Balonku tinggal empat
Kupegang erat-erat
Pelangi
Pelangi-pelangi alangkah indahmu
Merah, kuning, hijau, di langit yang biru
Pelukismu agung, siapa gerangan
Pelangi-pelangi ciptaan Tuhan
Bintang Kecil
Bintang kecil di langit yang biru
Amat banyak menghias angkasa
Aku ingin terbang dan menari
Jauh tinggi ke tempat kau berada
Pertemuan kedua
Tutor memperdengarkan rekaman lagu “Balonku”, “Pelangi”, dan Bintang “Kecil”. Pembelajar diminta untuk menyanyikannya sambil bertepuk tangan. Pada pertemuan ini tutor berusaha menciptakan suasana santai dan menyenangkan.
Tutor menyakan kepada siswa mengenai kosakata baru yang terdapat pada lirik lagu. Tutor mencatatnya, setelah itu memberikatahukan maksudnya.
Tutor meminta kepada siswa untuk mengelompokan kata-kata sejenis yang terdapat pada ketiga lagu. Pada pertemuan ini, tutor tetap memutarkan lagu-lagu tersebut, agar pembelajar lebih mengingatnya.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian atas suatu kerja usaha. Begitupun dengan evaluasi pembelajaran berarti usaha dalam bidang pembelajaran. Dalam pengajaran bahasa terdapat tiga hal yang harus dievaluasi , yaitu 1) pembelajar, 2) pengajar, dan 3) bahan ajar. Evaluasi akan dilakukan pada pertemuan kedua.
Evaluasi yang diberikan tentunya disesuaikan dengan metode yang digunakan. Sehubungan metode yang digunakan adalah metode audiolingual, maka penilaian diperoleh dari kegiatan menyimak yang akan dilakukan pembelajar.
Pada tahap evaluasi tutor menerapkan model “Snowball Throwing”. Pembelajar diminta untuk menghafalkan kosakata yang telah dikelompokkan ke dalam jenis kata tertentu.pembelajar dapat saling membantu dengan rekan satu kelompoknya. Ketika rekannya menyebutkan kosakata-kosakata tertentu, maka yang satunya mendengarkan.
Sementara itu. tutor memberikan pertanyaan yang terdapat pada kertas kerja yang akan diberikan kepada pembelajar. Kertas kerja digulung menyerupai bola. Pembelajar duduk secara melingkar, setelah itu kertas yang digulung diserahkan kepada rekan-rekannya secara berkeliling dengan menyayikan lagu yang telah dipelajari sambil bertepuk tanagan. Pembelajar yang menerima gulungan kertas ketika lagu berhenti, maka ia harus menyebutkan satu kosakata yang sesuai dengan pertanyaan. Selanjutnya pembelajar harus membuat kalimat dari kata yang disebutkan.
Selain bentuk soal seperti di atas, soal pun dapat berbentuk tugas menceritakan kembali
CONTOH 2
Pengajar memutarkan rekaman wacana satu kali, kemudian pembelajar diminta untuk menceritakan kembali wacana tersebut.
Nina baru duduk di kelas 3 SD Bhayangkari. Mata pelajaran yang paling ia suka adalah Bahasa Indonesia. Nina termasuk murid yang aktif di kelasnya. Jika ada pertanyaan yang diberikan gurunya, ia tidak ragu untuk menjawabnya. Selain itu, ia sering membantu temannya, jika menagalami kesulitan belajar. Prestasinya pun sangat membanggakan. Nina memdapat peringkat pertama di kelasnya.
F. PENUTUP
Pemilihan metode dan pelaksanaan evaluasi sangat berpengaruh terhadap keefektifan serta keberhasilan tujuan belajar yang ingin dicapai. Metode audiolingual yang digunakan untuk pengajaran Bahasa Indonesia kepada penutur asing sangat erat kaitannya dengan keterampilan menyimak (listening skill). Keduanya menyangkut kegiatan mendengarkan. Seperti salah satu asumsi yang dikatakan oleh Moulton bahwa “Bahasa adalah ujaran dan bukan tulisan”. Berdasarkan pernyataan itulah, maka tidak salah jika metode audiolingual diimplementasikan dalam pengajaran Bahasa Indonesia kepada penutur asing.
Selain metode dalam pembelajaran, model yang diterapkan dalam tahap evaluasi pun harus mampu memberikan sesuatu yang berbeda. Hal tersebut dilakukan untuk tidak menimbulkan kejenuhan pembelajar. Ibarat sebuah produk, jika kemasan menarik maka orang akan menyukainya. Begitu pun halnya dengan model pembelajaran “Snowball Throwing “, yang merupakan cangkang dari sebuah pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono, Iyo. 2004. Dasar-Dasar Belajar Bahasa. Bandung: UPI.
M.Yusuf, Rusdy. (2010). Tes yang Komunikatif dalam Pengajaran Bahasa Asing. (Online). Tersedia: http://blogdosen.unsada.ac.id/rusydi_m_yusuf/?p=55 (27 Maret 2010)
Rahman. 2008. Model Mengajar dan Bahan Pembelajaran. Al Qaprint Jatinangor: Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar